Hati manusia mengandung
bermacam-macam keinginan, bermacam-macam dorongan atau motivasi.
Dalam pelajaran filsafat ini
dorongan yang paling banyak minta perhatian kita ialah “keinginan untuk mengerti”.
Aristoteles dalam bukunya
yang bernama “Metaphysica”, berkata demikian : “Semua orang menurut kodratnya
ingin mengerti”. Keinginan ini telah kelihatan pada anak sejak kecil, ia
berhajat untuk menyelidiki, meraba-raba, mencoba-coba, ia heran akan segala
yang dilihatnya dan apa saja yang hendak ditanyakannya. Dengan bertambah umurnya
dan memperhatikan dunia sekelilingnya, atau dengan apa yang terdapat
didalamnya, ia melihat orang-orang lain dan makin mendapati dirinya sendiri
sebagai pusat perhatiannya.
Tetapi ia tak hanya
“melihat-lihat” saja. Melihat tanaman dan binatang-binatang ia memberikan nama
kepadnya. Ia tak puas dengan hanya melihat keadaan dan kejadian-kejadian itu
saja. Dengan akalnya ia “mengerjakan” fakta-fakta itu, menggolong-golongkan,
menghubung-hubungkan dan menarik kesimpulan-kesimpulan daripadanya.
Jadi apakah yang kita lihat
? dengan panca indera manusia
menerima bermacam-macam pengalaman dan kejadian itu baik di luar maupun di
dalam dirinya sendiri. Tetapi ia tak puas dengan hanya menetapkan
kejadian-kejadian (facts) itu, mak pikiran
menyusun, mengatur, menghubungkan, mempersatukan bermacam-macam pengalamman
itu dan mencoba mencari keterangannya. Dengan perkataan lain, kita tak hanya
mengerti bahwa “ini adalah demikian” , melainkan juga ingin mengerti “Mengapa ini memang demikian adanya”. Dan
baru dengan demikian;ah “mengerti”
itu menjadi “pengetahuan”.
Walaupun “pengertian” dan
“pengetahuan” pada dasarnya hampir tak berbeda artinya, namun untuk membentuk
perisitilahan yang tetap dan tepat muka di sini dengan sengaja dibedakan antara
:
-
Pengertian yang berarti konsep, ide, cita;
-
Pengetahuan yang berarti knowledge, kennis,
pemahaman.
Perkataan “kenalan” bagi
“knowledge” dianggap kurang tepat.