Isi
filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan. Objek adalah sesuatu yang
menjadi bahan dari kajian suatu penelaahan atau penelitian tentang pengetahuan.
Dan setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek, baik objek yang bersifat materiil
mauoun objek formal. Objek yang dipikirkan oleh filosof adalah segala sesuatu
yang ada dan yang mungkin ada. Objek yang diselidiki oleh filsafat ini meliputi
objek materiil maupun objek formal.
Objek
materiil dari filsafat ini adalah suatu kajian penelaahan atau pembentukan
pengetahuan itu, yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Objek materiil
filsafat ini mencakup segala hal, baik hal-hal yang konkret atau nyata maupun
hal-hal yang abstrak atau tidak tampak. Menurut, poedjawijatna (1980 : 8) objek
materiil filsafat ialah yang ada dan yang mungkin ada. Objek filsafat materiil
ini meliputi segala dari keseluruhan ilmu yang menyelidiki segala sesuatu.
Hampir senada dengan Podjawijatna, Mohammad Noor (1981:12) berpendapat bahwa
objek filsafat itu dibedakan atas objek materiil dan nonmaterial. Objek
materiil mencakup segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik materiil
konkret, fisik. Sedangkan objek nonmateriil meliputi hal-hal yang abstrak, dan
psikis. Termasuk juga objek nonmateriil ini menurut Mohammad Noor adalah
pengertian abstrak-logis konsepsional, spiritual, nilai-nilai, dan lain-lain.
Tentang
objek materiil filsafat ini banyak yang sama dengan obek materiil sains, namun
bedanya dalam dua hal, yaitu, pertama, sains menyelidiki onjek materiil yang
empiris, sementara filsafat menyelidiki bagian yang abstraknya. Kedua, ada
onjek materiil filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti
Tuhan, hari akhir, yaitu objek materiil yang selamanya tidak empiris.
Jadi,
dengan melihat dari beberapa pendapat mengenai objek filsafat ini dapat
dipahami bahwa obejek filsafat meliputi berbagai hal, atau dengan kata lain,
objek filsafat ini tak terbatas, yang dalam pendangan Louis O. Kattsoff dalam
Burhanuddin Salam (1988 : 39), bahwa lapangan kerja itu bukan main luasnya,
yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang
ingin diketahui manusia. Begitu luasnya kajian atau objek filsafat ini
menyangkut ini menyangkut hal-hal yang fisik atau tampak maupun yang psikis atau
yang tidak tampak. Hal-hal yang fisik adalah segala sesuatu yang ada, baik yang
ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan, maupun ada dalam kemungkinan. Hal-hal
yang fisik ini juga meliputi alam semesta, semua keberadaan, masalah hidup, dan
masalah Tuhan, kepercayaan, norma-norma, nilai, keyakinan, dan lainnya.
Sedangkan
objek formal, yaitu sifat penelitian. Objek formal ini adalah penyelidikan yang
mendalam. Kata mendalam berarti ingi tahu tentang objek yang tidak empiris.
Penyelidikan sains tidak mendalam karena hanya ingin tahu sampai batas objek
itu dapat diteliti secara empiris. Objek penelitian sains adalah pada batas
dapat diriset, sedangkan objek penelitian filsafat ada pada daerah tidak dapat
diriset, tetapi dapat dipikirkan secara logis.
Selanjutnya
dapat dikemukakan objek formal filsafat menurut Lasiyo dan Yuwono (1985 : 6)
adalah sudut pandang yang menyeluruh, secara umum, sehingga dapat membahas
objek materiilnya sampai ke hakikat atau esensi dari yang dibahasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar