Aksiologi
merupakan kajian filsafat mengenai nilai. Nilai sendiri adalah suatu kualitas
yang kita berikan kepada sesuatu objek sehingga sesuatu itu dianggap bernilai
atau tidak bernilai. Pad amasa kini objeknya lebih banyak berupa sains dan teknologi.
Peradaban manusia masa kini sangat bergantung pada ilmu pengetahuan (sains) dan
teknologi. Berkat kemajuan pada kedua bidang ini pemenuhan kebuthan manusia
dapat dilakukan dnegan cepat dan mudah. Banyak sekali penemuan-[enemuan baru
yang amat membantu kehidupan manusia, sperti misalnya penemuan dalam bidang
kedokteran dan kesehatan.
Namun di pihak
lain, perkembangan-perkembangan tersebut mengesampingkan faktor manusia. Dimana
bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan
manusia, namun sering kali kini yang terjadi adalah sebaliknya. Manusialahn
yang akhirnya harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Teknologi tidak lagi
berfungsi sebagai sarana yang memberikan kemudahan bagi manusia, melainkan dia
ada bertujuan untuk eksistensinya sendiri. Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada
diambang kemajuan yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusi itu
sendiri.
Aksiologi
diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang ada. Masalah nilai moral tidak bisa terlepas dari tekad manusia untuk
menemukan kebenaran. Sebab untuk menemukan kebenaran dan kemudia terutama untuk
mempertahamkannya diperlukan moral.
Dihadapkan
dengan masalah moral dalam pengembangan ekses ilmu dan teknologi yang bersifat
merusak ini, para ilmuwan terbagi menjadi dua golongan pendapat.
Golongan
pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersikap netral terhadap nilai-nilai,
baik secara ontologis, maupun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah
menamukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain dalam mempergunakannya,
apakah untuk kebaikan atau untuk keburukan.
Golongan kedua
sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah
terbatas pada metafisika keilmuan. Sedangkan dalam penggunaannya bahkan pemilihan
obyek penelitian, kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral.
Nilai yang
menjadi kajian aksiologi ada dua, itu sebabnya aksiologi dibagi menjadi dua sub
cabang yaitu :
1.
Etika. Kajian
filsafat mengenai baik dan buruk, lebih kepada bagaimana seharusnya manusia
bersikap dan bertingkah laku. Etika seringkali dinamakan filsafat moral karena
cabang filsafat ini membahas baik dan buruk tingkah laku manusia, jadi dalam
filsafat ini manusia dipandang dari segi perilakunya. Dapat pula dikatakan
bahawa etika merupakan ilmua tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana
patutnya manusia hidup dalam masyarakat. Jadi dalam filsafat ini manusia juga
dipandang dari segi perannnya sebagai anggota masyarakat. Pada hakikatnya,
nilai tindakan manusia terikat pada temoat dan waktu, disamping itu baik dan
buruknya perilaku manusia ditentukan oleh sudut pandang masyarakat. Sebagai
contoh, perilaku yang dianggap wajar dalam suatu masyarakat di daerah tertentu
dapat dianggap kurang oleh kalangan masyarakat di daerah lain.
2.
Estetika. Nilai yang
berhubungan dengan keindahan (indah dan buruk). Mengkaji mengenai keindahan,
kesenian, kesenangan yang disebabkan oleh keindahan.
Seni dan keindahan merupakan
persoalan yang ditelaah oleh cabang filsafat estetika ini. Adapun yang ditelaah
atau dibahas mengenai keindahan ialah kaidah maupun sifat hakiki dan keindahan;
cara menguji ke indahan dengan perasaan dan pikiran manusia; penilaian dan
apresiasi terhadap keindahan. Meskipun pada dasarnya estetika sudah di telaah
sejak 2500 tahun yang lalu di berbagai daerah seperti Babilonia, Mesir, India,
Cina dan Yunani, istilah estetika sendiri baru di kemukakan oleh Baungarten
seorang filsuf jerman pada tahun 1750.
Plato mengemukakan pendapatnya bahwa
seni adalah keterampilan memproduksi sesuatu. Jadi apa yang disebut hasil seni
adalah suatu tiruan. Dikemukakan sebagai contoh bahwa lukisan tentang suatu
pemandangan alam sesungguhnya adalah tiruan dari pemandangan alam yang pernah
dilihat oleh pelukisnya. Aristoteles sependapat dengan Plato tetapi ia
mengangggap bahwa seni itu penting karena seni berpengaruh besar bagi kehidupan
manusia sedangkan Plato berpendapat bahwa seni itu tidak penting meskipun
karya-karya yang berupa tulisan hingga sekarang dinyatakan orang sebagai karya
seni sastra yang terkenal. Sebagai cabang filsafat, estetika mengalami
perkembangan dari jaman Yunani kuno, jaman Romawi, abad pertengahan hingga abad
ke 20. Bisa dikatakan bahwa setiap periode sejarah dan masyarakat menampilkan
pemikiran tentang estetikanya sendiri. Ahli estetika islam yang terkenal ialah
Abu Nasr al Farabi yang membahas terutama mengenai estetika di bidang musik,
karena selain filsuf dan ahli ilmu kealaman dia juga seorang ahli musik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar