Istilah epistemologi
berasal dari dua buah kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme yang berarti
pengetahuan, dan logos yang berarti kata, pikiran, dan ilmu. Jadi epistemologi
adalah cabang filsafat yang membahas pengetahuan.
Menurut Koenstenbaum
(1968), secara umum epistemology berusaha
untuk mencari jawaban atas pertanyaan “apakah pengetahuan?”. Tetapi secara
spesifik espitemology berusaha menguji masalah-masalah yang kompleks, seperti
hubungan antara pengetahuan dan kepercayaan pribadi, status pengetahuan yang
melampaui panca indera, status ontology dari teori-teori ilmiah, hubungan
antara konsep-konsep atau kata-kata tersebut, dan analisis atas tindakan
mengetahui itu sendiri.
Menurut J.F. Ferrier,
epistemology pada dasarnya berkenaan dengan pengujian filsafati terhadap
batas-batas, sumber-sumber, struktur-struktur, metode-metode dan validitas
pengetahuan.
Dalam hal ini, yang dibahas
asal mula, bentuk atau struktur, validitas, dan metodologi, yang secara
bersama-sama membentuk pengetahuan manusia, adapun permasalahan yang berkaitan
dengan pokok bahasan tersebut berupa pertanyaan yang mendasar "apakah
sumber dan dasar pengetahuan?" "apakah pengetahuan itu adalah
kebenaran yang pasti?". Sebagai contoh, kita mengetahui sesuatu, berarti
kita memiliki pengetahuan tentang sesuatu itu. Kita adalah subjek, dan sesuatu
itu adalah objek dari pengetahuan. Manusia tidak dapat mengetahui semua aspek
dan objek karena keterbatasan kemampuannya. Socrates pernah berkata bahwa apa
yang saya ketahui adalah bahwa saya tidak mengetahui apa-apa. Hal ini
menegaskan bahwa ada pengetahuan yang pasti.
Logika sebagai salah satu
cabang filsafat pada dasarnya adalah cara untuk menarik kesimpulan yang valid.
Secara luas logika dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berfikir secara
sahih. Sebagai ilmu, logika berasal dari pandangan Aristoteles meski ia tidak
menyebutnya logika tetapi filsafat analitika. Istilah logika digunakan pertama
kali oleh Zeno dari Citium (334-262 SM) dari kata logikos dan kata ini berasal
dari kata logos yang artinya akal atau pikiran, sedangjan logikos mempunya arti
sesuatu yang diutarakan daengan akal. Ada banyak cara menarik kesimpulan. Namun
secara garis besar, semua digolongkan menjadi dua cara yaitu logika induktif
dan logika deduktif.
Logika induktif erat
hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata
menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif berhubungan
dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang umum menjadi kesimpulan yang
bersifat khusus atau individual. Baik logika induktif maupun logika deduktif,
dalam proses penalarannya mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan
yang dianggap benar. Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal,
yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan
keputusan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak terpenuhi maka
kesimpulan yang ditariknya akan salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar