Orang-orang yang
mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit kebingungan tatkala menghadapi kata
“ilmu”. Dalam bahasa Arab kata al-‘ilm berarti
pengetahuan (konwledge), sedangkan
kata “ilmu” dalam bahasa Indonesia biasanya merupakan terjemahan science. Ilmu dalam arti science itu hanya sebagian dari al-‘ilm dalam bahasa Arab. Karena itu
kata science seharusnya diterjemahkan
sains saja, maksudnya agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung
membedakan kata ilmu (sains) dengan kata al-‘lm
yang berarti knowledge.
Apa sih
pengetahuan itu ? pengetahuan ialah semua yang diketahui. Menurut Al-Qur’an,
tatkala manusia dalam perut ibunya, ia tidak tahu apa-apa. Tatkala ia lahir pun
barangkali ia belum juga tahu apa-apa. Kalaupun bayi yang baru lahir itu
menangis, barangkali karena kaget saja, mungkin matanya merasakan silau atau
badannya merasa dingin. Dalam rahim tidak silau dan tidak dingin, lantas ia
menangis.
Tatkala bayi itu
menjadi orang dewasa, katanlah ketika ia telah berumur 40 tahunan,
pengetahuannya sudah banyak sekali. Begitu banyaknya, sampai-sampai ia tidak
tahu lagi berapa banyak pengetahuannya dan tidak tahu lagi apa saja yang
diketahuinya, bahkan kadang-kadang ia juga tidak tahu sebenarnya prngrtahuan
itu.
Semakin
bertambahnya umur manusiaitu semakin banyak pengetahuannya. Dilihat dari segi
motif, pengetahuan itu diperoleh melalui dua cara. Pertama, pengetahuan yang diperoleh begitu saja, tanpa niat, tanpa
motif, tanpa keingintahuan dan tanpa usaha. Tanpa ingin tahu lantas ia
tahu-tahu, tahu. Seorang sedang berjalan tiba-tiba tertabrak becak. Tanpa rasa
ingin tahu ia tahu-tahu, tahu bahwa ditabrak becak, sakit. Kedua, pengetahuan yang didasari motif ingin tahu. Pengetahuan
diperoleh karena diusahakan, biasanya karena belajar.
Dari mana rasa
ingin tahu itu? Saya tidak tahu, itu dari mana. Barangkali rasa ingin tahu yang
ada pada manusia itu sudah built-in dalam
penciptaan manusia. Jadi, rasa ingin tahu itu adalah takdir.
Manusia ingin
tahu, lantas ia mencari. Hasilnya ia tahu sesuatu. Nah, sesuatu itulah pengetahuan. Yang diperoleh tanpa usaha tadi
bagaimana? Ya, pengetahuan juga. Pokoknya, pengetahuan
ialah semua yang diketahui, titik.
Seseorang ingin
tahu, jika jeruk ditanam, buahnya apa. Ia menanam bibit jeruk. Ia tunggu
beberapa tahun dan ternyata buahnya jeruk. Tahulah ia bahwa jeruk berbuah
jeruk. Pengetahuan jenis inilah yang disebut pengetahuan sains (scientific knowledge).
Sebenarnya
pengetahuan sains tidak sesederhana itu. Pengetahuan sains harus berdasarkan
logika (dalam arti rasional). Pengetahuan sains ialah pengetahuan rasional dan
didukung bukti empiris. Namun, gejala yang paling menonjol dalam pengetahuan
sains ialah adanya bukti empiris.
Dalam
bentuknya yang sudah baku, pengetahuan itu mempunyai paradigma dan metode
tertentu. Paradigmanya disebut paradigma sains (scientific paradigm) dan metodenya disebut metode ilmiah (metode
sains, sciemtific method). Formula
utama dalam pengetahuan sains ialah buktikan
bahwa itu rasional dan tunjukkan bukti empirisnya.
Formula
itu perlu sekali diperhatikan karena adakalanya kita menyaksikan bukti
empirisnya ada, tetapi tidak rasional. Yang seperti ini bukanlah pengetahuan
atau ilmu. Misalnya begini. Bila ada gerhana pukullah kentongan, gerhana itu
akan hilang. Pernyataan itu memang dapat dibuktikan secara empiris. Coba saja,
coba saja bila ada gerhana, pukul saja kentongan, toh lama-kelamaan gerhana akan hilang. Terbukti kan ? bukti empirisnya ada. Tetapi bukan
pengetahuan ilmiah (pengetahuan sais, pengetahuan ilmu) sebab tidak ada bukti
rasional yang dapat menghubungkan berhenti atau hilangnya gerhana dengan
kentongan yang dipukul. Pengetahuan seperti itu bukan pengetahuan sains,
mungkin dapat kita sebut dengan pengetahuan khayalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar