Menurut Nico Syukur Dister Ofm, motifasi beragama dibagi
menjadi empat motivasi, yaitu:
- Motivasi yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam kehidupan, baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam, frustasi social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.
- Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat.
- Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia atau intelek ingin tahu manusia.
- Motivasi beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan.
4. Sikap Remaja Dalam Beragama
Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu:
1. Percaya ikut- ikutan
Percaya ikut- ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan
agama secara sederhana yang didapat dari keluarga dan lingkungannya. Namun
demikian ini biasanya hanya terjadi pada masa remaja awal (usia 13-16 tahun).
Setelah itu biasanya berkembang kepada cara yang lebih kritis dan sadar sesuai
dengan perkembangan psikisnya.
2. Percaya dengan kesadaran
Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang
masalah- masalah keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin
menjalankan agama sebagaio suatu lapangan yang baru untuk membuktikan
pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut- ikutan saja.
Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun.
Semangat agama tersebut mempunyai dua bentuk:
a. Dalam bentuk positif
semangat agama yang positif, yaitu berusaha melihat agama
dengan pandangan kritis, tidak mau lagi menerima hal- hal yang tidak masuk
akal. Mereka ingin memurnikan dan membebaskan agama dari bid’ah dan khurafat,
dari kekakuan dan kekolotan.
b. Dalam bentuk negatif
Semangat keagamaan dalam bentuk kedua ini akan menjadi
bentuk kegiatan yang berbentuk khurafi, yaitu kecenderungan remaja untuk
mengambil pengaruh dari luar kedalam masalah- masalah keagamaan, seperti
bid’ah, khurafat dan kepercayaan- kepercayaan lainnya.
3. Percaya, tetapi agak ragu- ragu
Keraguan kepercayaan remaja terhadap agamanya dapat
dibagi menjadi dua:
a. Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya
proses perubahan dalam pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran.
b. Keraguan disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan
yang dilihatnya dengan apa yang diyakininya, atau dengan pengetahuan yang
dimiliki.
4. Tidak percaya atau cenderung ateis
Perkembangan kearah tidak percaya pada tuhan sebenarnya mempunyai
akar atau sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh
kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia telah memendam sesuatu tantangan
terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya terhadap kekuasaan apa pun, termasuk
kekuasaan Tuhan.