karakterisasi
awal dari sebuah lingkungan etika adalah 'iklim sekitar dari ide bagaimana
untuk hidup'. Setelah kita telah mengenal bahwa gagasan 'budaya' harus
diperlakukan sebagaimana air mengalir, kita dapat melihat bahwa gagasan iklim dari
ide-ide tentang bagaimana untuk hidup adalah tak jauh dari itu. Kita
mungkin diharapkan pada fakta bahwa
dalam konteks sekolah itu tidak mudah untuk membedakan 'sekolah iklim' dari
'budaya sekolah' (Glover dan Coleman 2005). Mungkin kita akan lebih natural berbicara tentang 'sebuah iklim ide' atau 'iklim nilai-nilai’ ketika kita berpikir tentang kecenderungan yang tidak memiliki sejarah yang panjang di baliknya, tidak ada sumber dalam sebuah komunitas tertentu atau tempat
tertentu, yang memungkinkan berubah lebih singkat.
Dalam konteks Inggris, misalnya, seorang komentator
sekarang mengacu pada individualistik atau memiliki anggapan 'aku yang
pertama', iklim seperti itu yang ditimbulkan (atau pada setiap tingkat
didorong) oleh pemerintah Thatcher pada 1980-an, dan komentator yang sama
kadang-kadang akan berpikir bahwa sebuah iklim yang lebih peduli muncul sejak
saat itu. Tentu saja sekarang dapat lebih bicara etika dalam bisnis dibandingkan dahulu. Namun pada saat yang sama kewirausahaan, mendorong sasaran, mendorong untung yang mengusahakan agar berhasil (2003) diidentifikasi telah menjadi lebih
kuat dalam pendidikan di bawah New Labour daripada di bawah Thatcher.
Dalam konteks nilai-nilai, apakah kita
berbicara tentang budaya, iklim atau lingkungan, kita tertarik pada pertanyaan
yang berat dan berbobot yang
ditujukan kepada nilai-nilai tertentu, yang mana nilai-nilai yang muncul itu benar-benar menjadi yang paling menonjol pada waktu itu, cara agar nilai-nilai diinterpretasikan, apa yang dianggap diterima atau tidak dapat diterima, dipuji atau tercela, dan apakah sesuatu dianggap wajib atau dikesampingkan.
ditujukan kepada nilai-nilai tertentu, yang mana nilai-nilai yang muncul itu benar-benar menjadi yang paling menonjol pada waktu itu, cara agar nilai-nilai diinterpretasikan, apa yang dianggap diterima atau tidak dapat diterima, dipuji atau tercela, dan apakah sesuatu dianggap wajib atau dikesampingkan.
Dalam
konteks manajemen pendidikan, misalnya, seseorang mungkin mengatakan bahwa
efisiensi ekonomi sedang meningkat sementara kepercayaan pada profesionalisme
guru sedang terkikis; dalam proses interpretasi perubahan kepercayaan, dari
menjadi pribadi yang percaya bahwa kekuatan masyarakat pada guru, untuk percaya
pada sebuah sistem karena hasilnya akan terjamin jika semua orang mengikuti aturan.
Kepala sekolah dipuji jika mereka dapat merfningkatkan sekolah mereka,
sementara itu, sejumlah orang memanipulasi angka dapat diterima dan tidak dicela; bahkan mungkin
menjadi titik perdebatan untuk guru apakah kecurangan dikesampingkan jika
tujuannya untuk menyelamatkan sekolah (Davies 2000).
Kebenaran seperti
deskripsi diatas, tentu saja menjadi hal yang dipermasalahkan; itu digunakan
sebagai ilustrasi tentang apa artinya berbicara tentang mengubah iklim, atau
budaya, atau lingkungan etika dalam dunia sekolah. Sebenarnya istilah yang kita
gunakan bukan merupakan masalah besar. Tapi seperti yang saya sarankan dalam
bab sebelumnya, untuk berbicara tentang lingkungan etika mungkin lebih cocok
dengan gagasan bahwa kita semua hidup dalam lingkungan etika global, sementara
kita menempati lingkungan yang lebih spesifik yang menunjukkan banyak
perbedaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar