Jumat, 30 Desember 2016

Psikologi Dan Antropologi




       Secara etimologis, antropologi berarti ilmu tentang manusia, antropos berarti manusia, dan logos berarti ilmu. Antropologi sebagai ilmu yang masih muda (timbul antara perang dunia I dan II) mempunyai perhatian terhadap semua  cabang pengetahuan yang berhubungan dengan manusia, yaitu manusia sebagai gejala biologis dan manusia sebagai makhluk sosial dan budaya. Antropologi dapat dibagi menjadi dua bagian: antropologi fisik dan antropologi kebudayaan. Antropologi fisik berhubungan dengan ciri-ciri fisik dari berbagai manusia di dunia (mempelajari bermacam-macam ras, warna kulit, ciri-ciri fisik lainnya, dan juga sifat-sifat intelektual dan emosional dari suatu kelompok manusia).

       Antopologi kebudayaan berhubungan dengan berbagai kebudayaan, kepribadian yang tipikal yang terdapat dalam tiap kebudayaan, pengaruh-pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian seseorang dan masyarakat. Seorang ahli antropologi memusatkan perhatiannya terhadap berbagai ciri dari suatu kebudayaan tertentu; membandingkannya dengan kebudayaan yang lain. Apa yang diselidiki oleh antropologi, sebenarnya juga banyak yang merupakan obyek-obyek dari psikologi.
      
       Psikologi menyelidiki tingkah laku manusia sebagai individu. Untuk mengetahui suatu individu tidak  mungkin kita  dapat melepaskan diri dari usaha mengetahui bagaimana kebudayaan masyarakat individu itu hidup  dan dibesarkan. Sebaliknya, untuk mengetahui suatu kebudayaan tertentu sering kali diperlukan untuk mengerti/mengetahui  bagaimana orang-orang/ individu-individu dalam masyarakat itu mengalami dan merasakannya. Jadi, psikologi dan antropologi  keduanya menyangkut daerah dan masalah-masalah tertentu yang bersamaan, keduanya saling isi-mengisi (suplementer). Perbedaan yang prinsipil hanyalah terletak pada apa yang menjadi tekananya. Psikologi menekankan pada individu, sedangkan antropologi menekankan pada kelompok.

       Antropologi kefilsafatan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang tentang manusia. Apa hakikat terdalam dari manusia itu?  Ada pilihan penafsiran apa sajakah mengenai hakikat manusia itu? Yang manakah yang lebih mendekati kebenaran? Antropologi kefilsafatan juga membicarakan tentang makna sejarah manusia. Apakah sejarah manusia tergantung pada aspek manusia itu, dan apakah manusia itu, dan apakah manusia itu dapat dipahami berdasarkan sejarahnya.


[1] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar