Awalan
yang baik untuk memulai pembahasan etika makhluk dengan mengamati kebenaran
yang sedang diperdebatkan dan tidak dapat disangkal lagi tentang manusia.
Pengamatan ini adalah tentang seperti apa manusia, bukan tentang bagaimana
wujud manusia menjadi seperti ini atau kenapa. Jadi, mereka harus hidup rukun,
contohnya, dengan teori naturalistik
yang mengemukakan bahwa wujud manusia dengan mudahnya berevolusi seperti yang
mereka lakukan, dan dengan teori teologis yang mengemukakan bahwa ada rencana
Tuhan dibalik sifat alami manusia. Tentunya, kesamaan dari kedua teori antara
teologis dan naturalistik dapat menunjukkan tentang sifat alami manusia (dan
banyak orang berpikir bahwa sifat alami itu adalah sifat rukun, tapi beberapa
tidak sependapat) adalah keistimewaan penting yang dimiliki individu dari etika
lingkungan. Tetapi, sifat alami manusia adalah pembahasan yang belakangan.
Manusia
adalah makhluk sosial. Semua kepuasan hidup yang manusia butuhkan didapat
dengan orang lain, bekerjasama dengan orang lain, sering bergantung pada orang
lain. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa manusia. Sejak zaman kuno,
manusia disebut makhluk rasional. Artinya, manusia tidak selalu berpikir atau
berlaku cukup rasional daripada irasional, tetapi manusia mempunyai batasan
untuk berpikir akan apa yang manusia lakukan, membuat cukup keputusan daripada
bertindak secara naluriah. Dan manusia dapat dengan sadar mengikuti aturan dan
sadar akan hak mereka. Manusia juga dapat merasakan. Manusia peka tentang apa yang
terjadi; manusia dapat pengalaman yang berarti bagi mereka (manusia bahkan
dapat menjadi rasional). Manusia memiliki masa depan, dan dapat mencapai
tujuannya. Dan manusia bersifat rentan. Manusia dapat rusak dan dapat menderita
secata fisik dan terluka secara emosional.
Blackburn
(2001: 4) mengemukakan bahwa manusia juga makhluk sosial. Faktanya, jika semua
manusia berbuat benar, maka kemungkinan manusia dapat menjadi makhluk sosial
secara mutlak. Hal ini dikatakan karena manusia dapat mengevaluasi: manusia
menyukai sesuatu dan tidak menyukai sesuatu; manusia terkadang senang dan
terkadang kecewa; manusia berpikir tentang hal yang akan menjadi tujuannya dan
hal lain yang lebih baik untuk tidak dilakukannya; manusia berpikir bahwa jalan
hidup mereka terkadang baik dan terkadang buruk. Setiap ada suatu perubahan
akan manusia respon dengan positif atau dengan negatif. Semua evaluasi mengenai
perubahan ini terjadi pada konteks komunikasi; kita dapat membicarakan evaluasi
kita terhadap orang lain, termasuk mengevaluasi perilaku manusia lain, dan kita
akan terpengaruh oleh evaluasi orang lain. (Mungkin ini tidak dibenarkan oleh
beberapa pendapat ahli atau pendahulu, tetapi akan sepadan dengan pikiran
manusia secara umum, yang tidak membatasi pakaian atau musik, menunjukkan apa
yang mereka suka sehingga mereka bebas dari pengaruh orang lain). Jika ada
manusia yang rasional tetapi atomistik yang dapat mengevaluasi sesuatu tetapi
tidak mempunyai sikap sosial dan tidak dapat berkomunikasi, mereka tidak akan
dapat hidup pada etika lingkungan; tetapi setiap manusia harus kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar