Kamis, 08 Desember 2016

Etika Manusia



Awalan yang baik untuk memulai pembahasan etika makhluk dengan mengamati kebenaran yang sedang diperdebatkan dan tidak dapat disangkal lagi tentang manusia. Pengamatan ini adalah tentang seperti apa manusia, bukan tentang bagaimana wujud manusia menjadi seperti ini atau kenapa. Jadi, mereka harus hidup rukun, contohnya, dengan teori  naturalistik yang mengemukakan bahwa wujud manusia dengan mudahnya berevolusi seperti yang mereka lakukan, dan dengan teori teologis yang mengemukakan bahwa ada rencana Tuhan dibalik sifat alami manusia. Tentunya, kesamaan dari kedua teori antara teologis dan naturalistik dapat menunjukkan tentang sifat alami manusia (dan banyak orang berpikir bahwa sifat alami itu adalah sifat rukun, tapi beberapa tidak sependapat) adalah keistimewaan penting yang dimiliki individu dari etika lingkungan. Tetapi, sifat alami manusia adalah pembahasan yang belakangan.

Manusia adalah makhluk sosial. Semua kepuasan hidup yang manusia butuhkan didapat dengan orang lain, bekerjasama dengan orang lain, sering bergantung pada orang lain. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa manusia. Sejak zaman kuno, manusia disebut makhluk rasional. Artinya, manusia tidak selalu berpikir atau berlaku cukup rasional daripada irasional, tetapi manusia mempunyai batasan untuk berpikir akan apa yang manusia lakukan, membuat cukup keputusan daripada bertindak secara naluriah. Dan manusia dapat dengan sadar mengikuti aturan dan sadar akan hak mereka. Manusia juga dapat merasakan. Manusia peka tentang apa yang terjadi; manusia dapat pengalaman yang berarti bagi mereka (manusia bahkan dapat menjadi rasional). Manusia memiliki masa depan, dan dapat mencapai tujuannya. Dan manusia bersifat rentan. Manusia dapat rusak dan dapat menderita secata fisik dan terluka secara emosional.

Blackburn (2001: 4) mengemukakan bahwa manusia juga makhluk sosial. Faktanya, jika semua manusia berbuat benar, maka kemungkinan manusia dapat menjadi makhluk sosial secara mutlak. Hal ini dikatakan karena manusia dapat mengevaluasi: manusia menyukai sesuatu dan tidak menyukai sesuatu; manusia terkadang senang dan terkadang kecewa; manusia berpikir tentang hal yang akan menjadi tujuannya dan hal lain yang lebih baik untuk tidak dilakukannya; manusia berpikir bahwa jalan hidup mereka terkadang baik dan terkadang buruk. Setiap ada suatu perubahan akan manusia respon dengan positif atau dengan negatif. Semua evaluasi mengenai perubahan ini terjadi pada konteks komunikasi; kita dapat membicarakan evaluasi kita terhadap orang lain, termasuk mengevaluasi perilaku manusia lain, dan kita akan terpengaruh oleh evaluasi orang lain. (Mungkin ini tidak dibenarkan oleh beberapa pendapat ahli atau pendahulu, tetapi akan sepadan dengan pikiran manusia secara umum, yang tidak membatasi pakaian atau musik, menunjukkan apa yang mereka suka sehingga mereka bebas dari pengaruh orang lain). Jika ada manusia yang rasional tetapi atomistik yang dapat mengevaluasi sesuatu tetapi tidak mempunyai sikap sosial dan tidak dapat berkomunikasi, mereka tidak akan dapat hidup pada etika lingkungan; tetapi setiap manusia harus kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar