Titik
awal dalam bab ini adalah kebenaran deskriptif tentang pendidikan. Semua
pendidikan cenderung untuk mereproduksi, bahkan juga melakukan perubahan dalam
lingkungan etis. Ini merupakan hal yang berbeda dan bisa dibilang cara yang
lebih baik untuk mengekspresikan pengamatan sosiologis bahwa pendidikan
memiliki fungsi transmisi nilai-nilai. Istilah “fungsi” di sini digunakan
secara deskriptif dengan memilih salah satu cara di mana pendidikan cenderung
untuk mempertahankan sistem sosial. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada
masyarakat atau kebudayaan yang dapat mempertahankan identitasnya di luar
generasi tanpa melewati setidaknya beberapa nilai-nilai inti. Tidak ada
implikasi atau dampak bahwa hal tertentu dari nilai nilai yang disampaikan
merupakan hasil yang diinginkan. Bahkan pada tingkat deskriptif ini,
terminologi tidak berlebihan dari lingkungan etis.
Gagasan
dari nilai-nilai transmisi mungkin disampaikan dengan terlalu atomistik atau
terpecah dan mekanisme gambar yang terjadi seolah olah ada beberapa nilai
diskrit yang dapat terperinci, masing masing yang mungkin kurang atau lebihnya
berhasil disampaikan pada individu tertentu. Sebaliknya dengan lingkungan etis
yang sedang berlangsung; apa yang terjadi dalam pendidikan yang berkaitan
dengan nilai-nilai yang sudah ada dalam lingkungan etis, tidak menduduki
beberapa posisi di luar itu. Singkatnya, terlepas dari kehidupan masyarakat,
tidak mungkin bagi seorang individu untuk tidak dilatih ke dalam lingkungan
etis dan pendidikan formal adalah salah satu dari sekian banyak proses.
Sementara pendidikan formal dapat
berkontribusi untuk berbagai tujuan sosial suatu masyarakat demokrasi yang aktif,
masyarakat ekonomi yang sejahtera, dan sebagainya, hal ini membuat
kontribusinya melalui pengaruh individu. Jika
suatu tujuan sosial adalah untuk mempertahankan lingkungan etis yang sehat,
sekolah dapat membantu untuk mewujudkan tujuan itu dengan mempengaruhi bahwa
individu belajar untuk berhubungan dengan lingkungan etis mereka. Salah satu
cara untuk mendapatkan pemahaman tentang tugas-tugas nilai pendidikan adalah
dengan melihat apa yang harus dilibatkan dalam memungkinkan individu untuk
menemukan jalan mereka melalui lingkungan etis. Untuk menemukan jalan mereka,
individu perlu belajar tentang hal itu dan merenungkan hal itu.
Dalam
merenungkan hal itu, mereka akan mampu melihat sejauh mana mereka akan berbagi
dalam tanggung jawab untuk kualitas lingkungan itu. Maka tidak ada pertentangan
antara tujuan sosial dalam mempertahankan lingkungan etis dan tujuan individu
dalam memungkinkan individu untuk memahami dan menemukan jalan mereka melalui
lingkungan itu; tujuan–tujuan ini saling melengkapi. Sebelum melihat secara
rinci dalam membuat kontribusi di sekolah, ada suatu kemungkinan keberatan yang
harus diantisipasi dimana dapat muncul dengan beberapa sudut pandang liberal
perspektif. Beberapa berpendapat bahwa setiap nilai-nilai yang terkait dengan
pendidikan seharusnya tidak dimandatkan oleh pemerintah: bahwa tempat untuk
nilai-nilai pendidikan terdapat di dalam keluarga atau dalam agama.
Tanggapan
terhadap hal tersebut telah dijelaskan dalam Bab 4 dan 5: tanggung jawab yang
kita miliki untuk kualitas lingkungan etis tidak dapat dilakukan murni atas
dasar orang tua ke anak. Jika kita memusatkan perhatian pada masing masing
anak, ini akan tampak jelas bahwa orang tua yang harus menanamkan nilai-nilai.
Misalkan kita menempatkan di satu sisi mengenai beberapa kekhawatiran tentang
kemungkinan mencuci otak atau mempengaruhi anak oleh orang tua atau menanamkan
nilai-nilai yang tampaknya tidak dikehendaki. (kita juga mengkhawatirkan
pemerintah melakukan hal yang sama).
Namun demikian, jika kita tempatkan pada pentingnya lingkungan etis
dimana kualitas hidup semuanya dengan cara tergantung, maka ide yang menyatakan
bahwa tanggung jawab semata-mata oleh orang tua merupakan tanggung jawab yang
terlalu menuntut.
Hal
ini jelas dalam kaitannya dengan jenis tujuan sosial berskala besar yang akan
saya bahas di bawah, seperti menjaga keragaman dalam lingkungan etis dan
mempromosikan bukan hanya toleransi tetapi memahami dan menghormati. Jika hal
tersebut merupakan baik untuk masyarakat, maka kebijakan untuk meninggalkan
langkah-langkah pendidikan yang relevan sepenuhnya kepada orang tua dalam
hubungannya dengan anak-anak mereka sendiri harus didukung oleh bukti yang
sangat baik bahwa ini akan menjadi cara yang paling efektif untuk dilanjutkan.
Dengan tidak adanya bukti tersebut, kebijakan tersebut akan lebih tampak
seperti melalaikan tanggung jawab pada pemerintah. Tapi kita juga dapat fokus
pada apa yang dibutuhkan individu dari nilai pendidikan.
Berikut
argumen bahwa orang tua dalam kedekatan mereka dengan anak mereka memiliki
pandangan yang lebih baik dalam kebutuhan anak. Menariknya, argumen tersebut tidak
diterima dalam kaitannya dengan aspek akademik kurikulum. Dari Mill dan
seterusnya, argumen telah dibuat bahkan dalam lingkungan liberal. Jika bukan
untuk kebaikan masyarakat secara keseluruhan, dalam hal nya orang tua anak
tidak memenuhi tanggung jawab mereka, negara harus berusaha untuk 'membuat
akuisisi universal, dan sesuatu yang lebih retensi, minimal pengetahuan umum
tertentu, hampir diwajibkan '(Mill 1975: 131).
Kami biasanya tidak berharap
orang tua untuk melakukan penilaian sendiri tentang subyek yang akan anak
pelajari atau konten yang rinci dalam mata pelajaran. Apakah lebih masuk akal
mengharapkan orang tua untuk menilai kebutuhan anak mereka di bidang
nilai-nilai pendidikan? Untuk menjawab itu, kita hanya perlu melihat posisi
dari setiap individu dalam kaitannya dengan lingkungan etis. Ketika kita
menyadari betapa kompleks lingkungan etis yang dihadapi anak-anak dan berbagai
pengetahuan serta pemahaman jika mereka dapat menemukan jalan mereka melalui
lingkungan tersebut, itu akan menjadi tak masuk akal untuk meninggalkan
tanggung jawab orang tua dalam aspek pendidikan. Dalam masyarakat yang
mengharapkan orang lain untuk membuat keputusan mereka sendiri, melengkapi
mereka dengan pemahaman yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan dan menjalani
kehidupan mereka dengan harus menjadi tanggung jawab publik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar