Minggu, 04 Desember 2016

Pengertian logika



Nama 'logika' untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1 sebelum masehi), tetapi dalam artu 'seni berdebat'. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi) adalah orang pertama yang mempergunakan kata 'logika' dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus  tidaknya pemikiran kita. (K. Bertens, 1975, hlm. 137-138).

Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati.

Berpikir adalah objek material logika.berpikir di sini adalah kegiatan pikiran,akal budi manusia.dengan berpikir, manusia`mengolah' 'mengerjakan' pengetahuan yang telah diperlolehnya. Dengan'mengolah' dan 'mengerjakanya ini terjadi dengan mempertimbangkanya, menguraykanya, membandingkanya, serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya.

Dalam logika berpikir dipandang dari sudut kerurusan dan ketempatanya. Karena berpikir lurus dan tepat, merupakan objek formai logika. Disamping dua filsuf  di atas (Cicero dan Alexander phrodisiasi) Aristoteles pun telah berjasa besar dalam menemukan logika. Namun, Aristoteles belum memakai nama logika. Aristoteles memakai istilah ‘analitika’ dan ‘dialektika’. Analitika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang besar sedangkan dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesis atau putusan yang tidak pasti kebenarnnya. (K. Bertens, 1975, hlm. 138).

Aristoteles membagikan ilmu pengetahuan atas tiga golongan, yaitu ilmu pengetahuan praktis, produktif, dan teoritis. Ilmu pengetahuan produktif menyangkutkan pengetahuan yang sanggup menghasilkan suatu karya (teknik dan kesenian). Ilmu pengetahuan praktid meliputi etika dan politika. Akhirnya ilmu pengetahuan teoritis mencakup tiga bidang, fisika, matematika, dan ‘filsafat pertama’. Logika tidak termasuk ilmu pengetahuan sendiri tetapi mendahulukan ilmu pengetahuan sebagai persiapan untuk berpikir dengan cara ilmiah. (Bertens  , 1975, hlm. 138).

Setelah Aristoteles meninggal, naskah-naskah ajarannya mengenai penalaran, oleh para pengikutnya telah dihimpun menjadi satu. Himpunan tersebut mengenai ajaran Aristoteles yang disebut dengan istilah Organom. Ajaran Aristoteles mengenai penalaran termuat dalam enam naskah, yaitu sebagai berikut.

1.    Categories. Ini membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis pengetahuan umum.
2.    On Interpretation (tentang penafsiran). Membahas mengenai komposisi dan hubungan dari keterangan sebagai suatu pikiran. Dalam hal ini Aristoteles membahas sesuatu yang dikenal sebagai penyimpulan langsung dan bujur sangkar pertentangan.
3.    Prior Analyties (analitika yang lebih dahulu). Memuat mengenai teori silogisme dalam ragam dan pola-polanya.
4.    Posterior Analyties (analitika yang lebih dahulu). Membicarakan tentang pelaksanaan dan penerapan, penalaran silogistik dalam membuktikan ilmiah sebagai materi dari silogisme.
5.    Topics (mengupas dialektika). Dibahas mengenai persoalan tentang perbincangan berdasarkan premis-premis yang boleh jadi benar.
6.    Sophistical Refutations (cara perbincangan kaum sofis). Membahas mengenai sifat dasar dan penggolongan sesat pikir. (The Liang Gie dan Suhartoyo Hardjasatoto, dan Endang Daruni Asdi, 1980)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar