Dalam upaya menjelaskan ihwal timbulnya gejala emosi,
para ahli mengemukakan beberapa teori. Beberapa teori emosi yang terkenal
diajukan oleh Schachter dan Singer dengan “Teori Emosi Dua-Faktor”-nya, James
dan Lange yang terkenal dengan “Teori Emosi Jmes –Lange”, serta Cannon dengan
teori “Emergency”-nya.
1. Teori Emosi Dua-Faktor
Schachter-Singer
Teori ini dikenal
sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi
fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik, dan sebagainya),
namun jika rangsangannya menyenangkan, seperti diterima diperguruan tinggi
idaman emosi yang timbul dinamakan senang. Sebaliknya jika rangsangannya
membahayakan (misalnya, melihat ular besar), emosi yang timbul dinamakan takut.
Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.
Schachter dan Singer mengemukakan
bahwa emosi tertentu merupakan fungsi dari reaksi-reaksi tubuh tertentu.
Menurutnya pula kita tidak merasa marah karena ketegangan otot, rahang yang
berderak, denyut nadi kita menjadi cepat, dan sebagainya tetapi karena kita
secara umum jengkel dan kita mempunyai beberapa kognisi tertentu tentang sifat
kejengkelan kita.
2. Teori Emosi James-Lange
Menurut teori ini, emosi
merupakan hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar.
Jadi jika seseorang misalnya melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah
makin cepat karena denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa
udara dan sebagainya. Respon-respon tubuh ini kemudian dipersepsikan dan
timbullah rasa takut. Mengapa rasa takut yang timbul? Ini disebabkan oleh hasil
pengalaman dan proses belajar. Orang bersangkutan dari hasil pengalamannya
mengetahui bahwa harimau adalah makhluk yang berbahaya, karena itu debaran
jantung dipersepsikan sebagai rasa takut.
Emosi menurut kedua ahli ini,
terjadi adanya perubahan pada sistem vasomotor (otot-otot). Suatu peristiwa
dipersepsikan menimbulkan perubahan fisiologis dan perubahan psikologis yang
disebut emosi. Dengan kata lain menurut James Lange, seseorang bukan tertawa
karena senang, melainkan ia senang karena tertawa.
3. Teori “Emergency” Cannon
Teori emosi yang ketiga dinamakan teori
“emergency”. Teori ini dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929), seorang psikolog
dari Harvard University. Cannon dalam teorinya menyatakan bahwa karena gejolak
emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang genting,
orang-orang primitif yang membuat respons semacam itu karena survive dalam
hidupnya.
Teori ini menyebutkan, emosi (sebagai
pengalaman objektif psikologik) timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik
(hati berdebar, telkanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan
dalam darah, dan sebagainya.
Teori Cannon selanjutnya diperkuat oleh
Philip Bard, sehingga kemudian lebih dikenal dengan teori Cannon-Bard atau
teori “emergency”. Teori ini mengatakan pula bahwa emosi adalah reaksi yang
diberikan oleh organisme dalam situasi emergency (darurat). Teori ini
didasarkan pada pendapat bahwa ada antogonisme (fungsi yang bertentangan)
antara saraf-saraf simpatis dengan cabang-cabang oranial dan sacral daripada
susunan saraf otonom. Jadi, kalau saraf-saraf simaptis aktif, saraf otonom
nonaktif, dan begitu sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar