Istilah
logis dan rasional merupakan dua istilah yang sangat populer dalam arti dua
istilah itu amat sering digunakan orang, baik ia kaum terpelajar, maupun kaum
yang bukan golongan terpelajar, digunakan orang kota dan juga orang des, bahkan
anak-anak pun banyak yang sering menggunakan kedua istilah itu.
Ada orang
bercerita kepada seseorang lain bahwa ia baru saja mengantarkan temannya yang sakit ke seorang dukun. Dukun
mengobatinya dengan cara yang tidak umum dikenal. Lantas orang sakit itu
sembuh. Orang yang diceritai itu langsung mengatakan bahwa itu musyrik karena
pengobatan itu tidak rasional. Ada anak-anak saling bercerita tentang hantu,
bahwa ia melihat hantu yang rupanya begini-begini, tingkahnya begini-begini.
Kata yang seorang “ah, sudahlah itu tidak rasional” kadang-kadang ia berkata
“ah, sudahlah itu tidak logis.” Apa sih, rasionalnya babi haram? Apa cukup
logis untuk menyimpulkan bahwa surga dan neraka itu ada ? lantas ada lagi,
“Bila logis oke, bila tidak, nanti dulu.” Demikian contoh kalimat yang sering
kita dengar dari banyak orang.
Apa yang
kita dapat? Yang kita dapat ialah (1) memang dua istilah itu populer dalam arti
sering digunakan oleh hampir semua orang dari semua kelas dan golongan, (2)
penggunaan istilah itu tidak mempedulikan apakah dua istilah sama persis atau
ada persamaan atau sama sekali berbeda.
Kant
mengatakan bahwa apa yang kita katakan rasional itu ialah suatu pemikiran yang
masuk akal tetapi menggunakan aturan hukum alam. Dengan kata lain, menurut Kant
rasional itu ialah kebenaran akal yang diukur dengan hukum alam.
Teori
Kant ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Tatkala anda mengatakan nabi Ibrahim
dibakar tidak hangus, itu adalah hal yang tidak rasional karena menurut hukum
alam sesuatu yang di bakar pasti hangus, kecuali bahan itu memang materi yang
tidak hangus dibakar, sedangkan Nabi Ibrahim itu adalah materi yang hangus
dibakar. Tatkala diceritakan bahwa Nabi Musa melemparkan tongkatnya ke tanah,
lantas tongkat itu menjadi ular, segera saja Anda mengatakan bahwa itu tidak
rasional karena menurut hukum alam adalah tidak mungkin tongkat dapat berubah
menjadi ular. Tetapi, pesawat terbang yang beratnya ratusan ton, kok dapat
terbang ? ya, karena pesawat itu telah dirancang sesuai dengan hukum alam. Itu rasional.
Orang tidak mungkin kebal karena hal itu berlawanan dengan hukum alam.
Demikianlah sebgian pernyataan sebagai contoh.
Kesimpulannya
jelas: (1) sesuatu yang rasional ialah sesuatu yang mengikuti atau sesuai
dengan hukum alam; (2) yang tidak rasional ialah yang tidak sesuai dengan hukum
alam; (3) kebenaran akal diukur dengan hukum alam. Jadi, di sini, akal itu
sempit saja, hanya sebatas hukum alam.
Itulah sebabnya saya dapat mengatakan bahwa pemikiran yang rasional
sebenarnya belum dapat disebut pemikiran tingkat sangat tinggi. Pemikiran
rasional diukur dengan hukum alam.
Bagaimana
tentang logis ? kebenaran logis terbagi dua, pertama logis-rasional, seperti yang telah diuraikan di atas tadi, kedua logis-supra-rasional.
Logis-supra-rasional ialah pemikiran akal yang kebenarannya hanya mengandalkan
argumen, ia tidak diukur dengan hukum alam. Bila argumennya masuk akal maka ia
benar sekalipun melawan hukum alam. Dengan kata lain, ukuran kebenaran
logis-supra-rasional ialah logika yang ada di dalam susunan argumennya.
Kebenaran logis-supra-rasional itu benar-benar bersifat abstrak. Kebenaran
logis-supra-rasional itu ialah kebenaran yang masuk akal sekalipun melawan
hukum alam.
Nabi
Ibrahim dibakar tidak hangus. Ini tidak rasional. Ya, karena ia tidak sesuai
dengan hukum alam. Tongkat Musa dilempar jadi ular. Ini tidak rasional, ia
melanggar hukum alam. Nabi Ibrahim dibakar tidak hangus. Itu tidak rasional.
Tetapi apakah Nabi Ibrahim dibakar tidak hangus juga tidak logis dalam arti
supra-rasional?
Tuhan membuat
api. Api itu terdiri atas dua substansi, yaitu api-nya dan panas-nya. Apinya
dibuat oleh Tuhan, panasnya juga dibuat oleh Tuhan. (Jika bukan Tuhan yang
membuatnya, kita harus memberikan uraian yang kuat untuk menjelaskannya).
Sekarang,
untuk menyelamatkan utusannya, untuk sesuatu yang sangat penting, Tuhan
mengubah sifat api dari panas menjadi dingin. Bolehkah Tuhan berbuat demikian?
Ya, boleh saja, wong yang membuatnya
Dia. Masuk akal. Inilah yang logis-supra-rasional itu. Jadi, adalah logis saja
api tidak menghanguskan Ibrahim. Jadi, kasus ibrahim ini adalah kasus yang
tidak rasional tetapi logi dalam arti logis- supra rasional
Kita
dapat membuat ungkapan sebagai berikut:
1.
Yang logis ialah yang masuk akal.
2.
Yang logis itu mencakup yang
rasional dan yang supra-rasional.
3.
Yang rasional ialah yang masuk
akal dan sesuai dengan hukum alam.
4.
Yang supra-rasional ialah yang
masuk akal sekalipun tidak sesuai dengan hukum alam.
5.
Istilah logis boleh dipakai dalam
pengertian rasional atau dalam pengertian supra-rasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar