Jumat, 30 Desember 2016

Mengendalikan Emosi



Mengendalikan emosi itu sangatlah penting. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai kemampuan untuk mengomunikasikan diri kepada orang lain. Orang-orang yang kita jumpai di rumah atau di kantor akan lebih cepat menanggapi emosi kita daripada kata-kata kita. Sehubung dengan hal tersebut, ada beberapa peraturan untuk mengendalikan emosi, yaitu:

1.        Hadapilah emosi tersebut
Orang yang membuat bahwa dia tidak takut menghadapi bahaya, sebenarnya melipatgandakan rasa takutnya sendiri. Bukan saja dia takut menghadapi bahaya yang sebenarnya, tetapi juga takut menemui bahaya. Sumber emosi tambahan ini dapat di hindarkan dengan jalan menghadapi kenyataan yang ditakutkan atau kenyataan yang menyebabkan timbulnya perasaan marah.

2.        Jika mungkin, tafsirkanlah kembali situasinya
Emosi adalah bentuk dari suatu interpretasi. Bukan stimulasi sendiri yang menyebabkan atau mengakibatkan reaksi emosional, tetapi stimulus yang salah ditafsirkan. Misalnya, anak biasanya menunjukan perasaan takut jika di ayun-ayunkan, tetapi kalau tindakan mengayun-ayunkan itu disertai dengan senda gurau, maka anak akan menanggapinya dengan perasaan senang. Contoh lain misalnya, seorang pegawai dicekam perasaan takut karena dipanggil menghadap atasannya, perasaan takut ini bisa dikurangi kalau pegawai tersebut menafsirkan panggilan itu bukan didorong oleh ketidaksenangan , tetapi didorong oleh keinginan atasannya untuk memperoleh penjelasan.

3.        Kembangkanlah rasa humor dan sikap realistis
Terkadang situasi itu begitu mendesaknya sehingga memerlukan reinterpretasi yang lama. Dalam hal seperti itu, humor dan sikap realistis dapat menolong. Tertawa bisa meringankan ketegangan emos. Energi ekstra yang disediakan oleh perubahan-perubahan internal harus disalurkan. Karena itu, untuk bisa kembali bersantai, orang perlu melakukan suatu kegiatan.

4.        Atasilah secara langsung problem-problem yang menjadi sumber emosi
Memecahkan problem pada dasarnya jauh lebih baik ketimbang mengendalikan emosi yang terkait dengan problem tersebut. Misalnya, daripada berusaha mengendalikan perasaan takut akan kehilangan suatu posisi, lebih baik berusaha membina diri dan menjadi ahli dalam suatu pekerjaan yang berkaitan dengan posisi tersebut, daripada takut menghadapi situasi sosial, lebih baik belajar menguasai kecakapan dan keterampilan-keterampilan sosial agar diperoleh kemantapan dan kepercayaan pada diri sendiri.

Emosi memang mempunyai daya gerak yang besar. Namun, kita dapat mengatur dan mengarahkannya sedemikian rupa, sehingga emosi tersebut menggerakkan kita kearah hidup yang lebih menyenangkan dan lebih efisien. Pendapat Wedge (1995:17) barangkali ada benarnya bahwa: “kita tidak boleh menjadi budak dari emosi, tetapi harus menjadi tuan dari emosi kita. Kalau kita benar-benar berusah untuk tidak membiarkan emosi-emosi yang menyenangkan ‘bercokol’ dalam diri kita dan menggantinya dengan emosi-emosi menyenangkan, dalam waktu yang tidak lama, suasana hati kita akan selalu ceria dan penuh semangat. Dengan demikian, emosi menjadi modal yang besar bagi hidup kita, bukannya menjadi kecenderungan yang membuat kita frustasi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar